APA
yang dimaksud dengan artikel?
Artikel
suatu tulisan yang non-editorial. Artinya, artikel merupakan isi surat kabar
atau media pers yang bukan dihasilkan oleh kerja redaksi atau wartawan media
itu sendiri, sebagaimana halnya berita. Akan tetapi itu bukan berarti redaktur
atau wartawan lantas dilarang menulis artikel.
Sebagai
isi surat kabar yang di luar kerja keredaksian, maka artikel sebagian besar
datang dari luar lingkungan keredaksian surat kabar atau media pers tersebut.
Artikel datang dari penulis-penulis di luar surat kabar atau media pers yang
ingin mengemukakan gagasan, ide dan berbagai pemikiran lainnya.
Secara
singkat, artikel merupakan suatu tulisan yang bermaksud menyampaikan gagasan
dan fakta. Tujuannya untuk menggugah, meyakinkan, mengajarkan dan juga
menghibur.
Berbeda
dengan isi surat kabar atau media pers yang lain, artikel memiliki sifat lebih
luwes dan terbuka. Jika isi surat kabar lainnya seperti berita, feature dan
reportase berusaha menghindarkan diri dari perangkap opini, tidak demikian
halnya dengan artikel.
Karena
artikel merupakan wujud dari gagasan atau ide dan pemikiran-pemikiran yang
disampaikan penulisnya, maka sudah barang tentu opini atau pendapat pribadi
penulis yang 'bermain' di dalamnya. Oleh sebab itu, artikel selalu ditempatkan
pada tempat atau halaman yang sama dengan kolom 'tajuk rencana'.
Menentukan Tema Artikel
Apa
yang harus diperhatikan terlebih dulu sebelum memulai menulis artikel? Pertama
kali yang harus diperhatikan adalah gagasan atau ide yang akan dijadikan tema
penulisan. Tanpa tema, suatu artikel tidak akan jelas apa maunya. Penulisnya
sendiri pun akan kerepotan untuk mengarahkan dan membawa ke mana arah serta
alur gagasan dan pemikiran-pemikirannya bila ia menulis tanpa tema yang jelas.
Suatu
tema atau topik akan berhasil dikerjakan, apabila penulis sudah berhasil
memadukan jawaban dari dua pertanyaan: apa
dan bagaimana. Tema atau masalah apa yang akan ditulis? Dan, bagaimana dengan pokok bahasan atau analisanya?
Ada
baiknya, tema atau topik dibawa pada daerah pembahasan yang kecil atau sempit.
Membawa tema ke sudut pembicaraan yang menyempit, akan membantu mempermudah
dalam mengutarakan pembahasan. Misalnya, tema "Meningkatkan peran serta
guru dalam pendidikan budi pekerti" memiliki daerah pembahasan yang sempit
dibanding tema "Meningkatkan peran serta guru dalam pembangunan
bangsa".
Di
mana mencari tema?
Tema
ada di mana-mana. Tema senantiasa berada di seputar kehidupan kita. Tema atau
topik suatu artikel dapat dicari dari hal-hal atau permasalahan-permasalahan
yang sedang berkembang (hangat) di tengah-tengah masyarakat,
perkembangan-perkembangan di dunia internasional, pada literatur-literatur ilmu
pengetahuan, dan lain-lainnya. Tidak jarang pula tema artikel tersebut
diperoleh dari berita di surat kabar atau media pers.
Setiap
penulis atau calon penulis artikel dituntut untuk peka dan tanggap terhadap
berbagai perkembangan yang terjadi di sekitarnya. Baik perkembangan politik
nasional maupun internasional, tatanan moral di tengah masyarakat,
persoalan-persoalan pendidikan, permasalahan-permasalahan hukum, perilaku
sosial dan semacamnya. Oleh karena itu setiap calon penulis atau penulis
artikel harus rajin memasang 'telinga' dan 'mata'nya untuk mendengar dan
melihat topik-topik apa yang sedang hangat jadi perbincangan.
Misalnya,
tentang meningkatnya kejahatan di kalangan remaja yang sedang jadi perbincangan
para pakar, baik pakar maupun pakar hukum maupun pakar-pakar ilmu sosial.
Kenapa kita tidak mencoba 'campur tangan' ikut membicarakannya dengan
melontarkan gagasan-gagasan atau ide-ide yang mungkin bermanfaat bagi
penanggulangannya? Atau mungkin kita memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
bersinggungan dengan 'dunia kejahatan di kalangan remaja' itu, sehingga tahu
persis bagaimana seluk-beluk dan permasalahan yang ada di dalamnya. Pengetahuan
mengenai hal itu sangat bermanfaat bila kemudian diuraikan atau disampaikan
lagi kepada masyarakat luas melalui artikel di surat kabar (media pers).
Sedang
untuk artikel yang temanya berasal dari isi berita di surat kabar (media pers),
penulis hendaknya lebih menekankan pada makna dari berita tersebut, serta
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
Pada
artikel semacam ini, biasanya opini penulis tidak selalu mendominasi di
dalamnya. Penulis bisa merangsang pembaca dengan penuturan rangkaian demi
rangkaian yang ada di dalam peristiwa berita tersebut, guna sasaran memberikan
gambaran lebih jelas lagi terhadap peristiwa itu sendiri.
Pola Penulisan
Artikel
pada dasarnya suatu tulisan ilmiah populer. Dalam penulisannya, selama ini
dikenal ada lima pola. Kelima pola itu meliputi pola pemecahan topik, masalah
dan pemecahannya, kronologi, pendapat dan alasan pemikiran serta pola
pembandingan (Slamet Soeseno, 1980).
Secara
garis besarnya, kelima pola penulisan itu memiliki tujuan yang sama, membawa
gagasan serta ide-ide kita kepada masyarakat pembaca, tetapi dengan cara
pembahasan serta penelaahan yang berbeda. Kita tinggal memilih pola mana yang
lebih mudah membawa gagasan sampai ke sasarannya.
Sekarang,
mari kita mencoba melihat kelima pola itu.
Pola pemecahan topik
Dalam
pola ini, penulis mengambil pola atau cara penulisan dengan memecah suatu tema
(topik) menjadi sub-sub tema atau bagian-bagian lebih kecil. Setiap sub-tema
atau sub-topik harus dianalisa.
Contoh
tema: "Pengiriman tenaga guru ke daerah-daerah terpencil dan
permasalahannya". Tema ini dipecah menjadi beberapa sub-tema. Misalnya,
guru seperti apa dan bagaimana sebaiknya dikirim (sub-tema 1), perlu atau
tidaknya pendidikan tambahan bagi guru (sub-tema 2), serta bagaimana cara
menjaga keselamatan kerja mereka (sub-tema 3), dan sub-sub tema lainnya. Setiap
sub-tema dianalisa dan dibahas.
Pola masalah dan pemecahannya
Dalam
pola ini, penulis harus mengemukakan
suatu masalah dan kemudian menganalisa pemecahan-pemecahannya.
Contoh
tema: "Melawan hama wereng". Dengan pola ini, penulis dapat
mengemukakan makhluk macam apa yang disebut hama wereng itu. Kenapa ia jadi
gemar 'menggoda' tanaman padi? Lantas, bagaimana cara mencegah dan
mengatasinya? Penulis dapat memberikan pemecahannya dengan memaparkan cara-cara
melawan atau memusnahkannya.
Pola kronologi
Pola
ini mengajak penulis untuk memaparkan urutan peristiwa demi peristiwa secara
kronologis.
Contoh
tema: "Pemberontakan Moro di Filipina Selatan". Penulis dapat
memaparkan sejarah suku-bangsa Moro dan asal mula kedatangan agama Islam, sejak
kapan mereka dinyatakan sebagai orang Filipino (bangsa Filipina), padahal
mereka meyakini diri sebagai orang Melayu. Kenapa mereka memberontak atau ingin
memisahkan diri, seberapa jauh perlawanan mereka terhadap pemerintah Filipina,
mengapa terjadi perpecahan di antara mereka, dan bagaimana perkembangannya
terakhir sekarang?
Pola pendapat dan alasan pemikiran
Dalam
pola ini, penulis lebih 'memainkan' pendapatnya terhadap suatu permasalahan dan
kemudian memaparkan alasan-alasan pendapatnya itu. Penulis mengemukakan
pendapatnya sendiri tentang sesuatu masalah atau tema yang digarap, dan kemudian
menyampaikan alasan-alasan atau dalil-dalil kenapa pendapatnya itu diyakini.
Contoh
tema: "Penerapan Kurikulum 2013 dan permasalahan-permasalahannya".
Penulis misalnya, merupakan seseorang yang keberatan dengan diberlakukannya
Kurikulum 2013 dalam proses pendidikan di sekolah. Untuk itu penulis harus
mengemukakan pendapatnya tentang Kurikulum 2013 itu. Kalau penulis berpendapat
bahwa Kurikulum 2013 itu tidak layak diberlakukan, maka ia harus menjelaskan
atau memaparkan alasan-alasan pendapatnya itu.
Pola pembandingan
Dalam
pola ini, penulis memaparkan tentang persamaan dan perbandingan dari dua aspek
atau mungkin lebih dari suatu tema.
Contoh
tema: "Organisasi guru dan guru". Penulis mengemukakan dua aspek dari
tema yang ditulisnya. Misalnya, aspek pertama: dengan adanya organisasi guru
seberapa jauh perannya bagi peningkatan kesejahteraan guru. Sedang aspek kedua:
andai tidak ada organisasi guru seberapa jauh pula pengaruhnya bagi peningkatan
kesejahteraan guru. Andai ada persamaan di antara kedua aspek itu, maka penulis
harus menguraikannya secara jelas. Demikian pula bila ada perbedaan-perbedaan
di antara kedua aspek itu, hal itu juga harus diuraikan.
Struktur Artikel
Pada
umumnya dalam struktur tulisan artikel terdapat bagian-bagian seperti: judul, pendahuluan, tubuh dan penutup.
Judul
Judul
suatu artikel haruslah memiliki daya rangsang yang cepat. Judul harus mewakili
isi tulisan atau artikel secara singkat, tepat dan jelas. Usahakan jangan
membuat judul terlalu panjang. Karena judul yang panjang bisa melelahkan
pembaca. Buatlah yang pendek, tapi jelas maknanya.
Pendahuluan
Pendahuluan
bagi suatu artikel hanyalah bermakna implisit. Artinya, dengan pendahuluan
itulah suatu gagasan akan berangkat. Jadi, tidak perlu dituliskan di bagian paling awal dari artikel
sederet huruf bertuliskan: Pendahuluan.
Kalimat
demi kalimat di dalam bagian pendahuluan
harus mampu memancing dan menarik minat baca pembaca untuk terus mengikuti
artikel tersebut.
Banyak
pola untuk membuat pendahuluan ini.
Pola-pola itu merupakan gaya atau cara seorang penulis untuk merangsang
pembaca. Di antaranya: pola ringkasan,
pernyataan yang mengejutkan (menonjol),
penggambaran (pelukisan), anekdot, bertanya, kutipan dan amanat atau nasehat langsung.
Pola ringkasan - Dengan pola ini, pada
pendahuluan, tema atau topik beserta pokok-pokok bahasannya dikemukakan. Hal
ini sekadar memberikan gambaran kepada pembaca tentang apa yang ingin
disampaikan.
Pola pernyataan yang mengejutkan (menonjol)
- Misalnya, penulis memilih tema tentang "Membasmi kejahatan". Dengan
pola ini, pada bagian pendahuluan, misalnya penulis mengemukakan
kalimat-kalimat seperti ini: Pelaku
kejahatan sekarang benar-benar tidak bermoral. Bayangkan, di samping menjarah
barang-barang, korban pun kadangkala harus menderita kerugian yang lain.
Seorang ibu rumah tangga telah diperkosa tiga perampok di depan mata suaminya
yang terikat tak berdaya. Peristiwa yang terjadi pekan lalu di kota B ini
dan dilansir banyak surat kabar
tersebut, tentu bukan satu-satunya peristiwa kejahatan yang membuat dada kita
sesak. Berpuluh-puluh peristiwa serupa terjadi di banyak tempat pula.
Pola penggambaran (pelukisan) - Penulis
mengawali artikel tersebut dengan memberikan gambaran atau melukiskan sesuatu, baik yang sudah terjadi atau sedang
terjadi.
Pola anekdot - Penulis berupaya
menghibur pembaca dengan pendahuluan yang berusaha memancing tawa dan senyum.
Pola bertanya - Penulis ajukan
pertanyaan yang menggoda pembaca untuk mengetahui apa jawabnya.
Pola kutipan - Penulis dapat mengambil
ucapan atau tulisan seseorang yang ternama (tokoh). Misalnya, ucapan atau
pendapat Bung Karno tentang revolusi, cinta, kebudayaan dan lainnya.
Pola amanat (nasehat langsung) -
Penulis dapat berakrab-akrab bersama pembaca dengan cara memberitahu atau
menasehati (tidak menggurui). Misalnya, artikel tentang kesehatan "Mencoba
Melawan Maag". Pada pendahuluannya, penulis dapat menulis seperti ini: Anda sudah makan? Kalau belum, ayo
cepat-cepat, jangan sampai terlambat. Sebab, terlambat makan itu berbahaya.
Tubuh
Tubuh
di dalam artikel berisi semua gagasan, pemikiran-pemikiran, ide,
ungkapan-ungkapan peristiwa yang akan dituturkan kembali , dan semua pokok
permasalahan di dalam tema atau topik artikel tersebut. Untuk lebih mudahnya,
di dalam artikel dibagi dengan beberapa sub-judul atau anak judul.
Penutup
Penutup
juga bermakna implisit. Jadi, kata-kata 'penutup' ini (sebaiknya) tidak ditulis
sebagai suatu istilah di dalam artikel. Penutup haruslah dinyatakan melalui
kalimat-kalimat yang menyelesaikan artikel, dengan sasaran pembaca akan terbawa
untuk berpikir, menjawab, mengingat dan memperdebatkan lagi dalam dirinya
sendiri. ***
(Sutirman Eka Ardhana)
offroad bogor
BalasHapus