Pertemuan ke-2
Memahami Profesi Fotografer
FOTOGRAFER adalah sebutan bagi seseorang yang bekerja sebagai ‘juru foto’, baik di media massa (pers), institusi-institusi tertentu, studio foto, maupun yang bekerja secara perorangan.
Sejak tahun 1800-an, ketika fotografi terus memainkan perannya yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, sejak itu pula profesi fotografer mulai menapakkan kakinya dan menanamkan eksistensinya dalam kehidupan. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, dari waktu ke waktu, profesi fotografer semakin diakui keberadaannya. Bahkan kini, profesi fotografer sudah mendapat tempat yang sejajar dengan profesi-profesi lainnya, seperti guru, advokat, notaris, dokter dan lainnya.
Sebagaimana halnya fotografi yang kini telah merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia, profesi fotografer pun kini telah memainkan perannya yang besar dan sangat berarti dalam berbagai bidang kehidupan manusia tersebut.
Sejak fotografi diyakini telah menjadi media atau alat untuk memvisualisasikan ide, maka fotografi pun semakin diyakini pula telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas penyampaian gagasan. Bila gagasannya untuk mengemukakan nilai-nilai estetika atau hal-hal yang bernuansa keindahan, maka ia akan menjadi fotografi seni. Apabila gagasannya berkaitan dengan kepentingan bisnis atau komersial, maka ia disebut fotografi komersial.
Kemudian bila gagasannya berkaitan dengan mendokmentasikan sesuatu atau menyampaikan informasi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa aktual, ia pun menjafi fotografi jurnalistik. Sedangkan bila gagasannya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian dan semacamnya, maka ia menjadi fotografi ilmiah.
Jadi, sebagai media penyampaian gagasan atau ide, maka fotografi bisa dibagi dalam empat bidang garap, yaitu: 1) fotografi seni (art); 2) fotografi komersial; 3) fotografi jurnalistik; 4) fotografi ilmiah.
Dengan demikian, sesuai bidang garapnya tersebut, maka fotografer pun dikelompokkan pada empat kelompok, masing-masing: 1) fotografer seni; 2) fotografer komersial; 3) fotografer jurnalistik (wartawan foto/jurnalis foto); 4) fotografer iilmiah.
Melihat pada empoat kelompok tersebut, maka sangatlah jelas bahwa bidang garap atau ‘lapangan kerja’ bagi profesi fotografer kini tersedia amat luas.
Namun yang paling menonjol, karena memiliki keterkaitan dan hubungan sangat erat dengan kebutuhan serta dinamika kehidupan manusia sekarang ini adalah fotografi komersial dan fotografi jurnalistik. Sedang khusus untuk fotografi seni (art), sesuai dengan kepentingan dan peruntukannya maka karya-karyua dari fotografi seni itu sekarang bisa masuk ke fotografi komersial dan fotografi jurnalistik.
Fotografi Komersial
Sekarang ini lahan garap fotografi komersial atau bidang kerja yang bisa dimasuki fotografer komersial sangatlah luas dan beragam. Haruslah diakui, bahwa dewasa ini tidak ada satu pun bidang usaha atau bisnis yang tidak memerlukan ‘jasa’ atau ‘uluran tangan’ fotografi. Dengan kata lin, tidak ada usaha atau bisnis yang sukses tanpa dukungan fotografi, atau tanpa keterlibatan profesi fotografer.
Lahan garap fotografi komersial yang luas dan merupakan ‘ladang kerja’ potensial bagi profesi fotografer itu di antaranya: fotografi periklanan, fotografi fashion, fotografi pemandangan dan wisata, fotografi arsitektur, fotografi industrial, fotografi pernikahan, wisuda, dan nbanyak lainnya lagi.
Fotografi Periklanan
Fotografi perikalanan adalah fotografi yang mengkhusukan spesialisasinya pada dunia periklanan. Dunia periklanan memberikan lahan yang sangat luas dan lebar bagi para fotografer untuk mengembangkan kemampuan dan kreasinya. Hal ini dikarenakan, tidak ada satu usaha pun yang tidak menggunakan media periklanan dalam memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Fotografi memiliki peran sangat besar dan penting bagi dunia atau media periklanan dalam menyuguhkan sebuah karya iklan yang mampu menarik perhatian masyarakat.
Hampir semua produk iklan memerlukan jasa fotografi. Misalnya, produk iklan busana, makanan, minuman, kerajinan, peralatan elektronik, mobil, perhiasan, rumah, apartemen, dan lain sebagainya, memerlukan dukungan kerja fotografi. Karya-karya fotografi itu diyakini memiliki daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat, sehingga tertarik terhadap produk yang ditawarkan.
Karena prinsip utama iklan adalah menarik perhatian masyarakat sehingga kemudian tertarik untuk memilikinya, maka seorang fotografer yang ingin menggeluti dunia fotografi periklanan haruslah memiliki wawasan atau pengetahuan mengenai ilmu ekonomi terutama yang berhubungan dengan teori-teori pemasaran. Selain menguasai prinsip-prinsip pemasaran, fotografer periklanan juga harus memiliki kepekaan yang cukup tinggi terhadap nilai-nilai estetika.
Pengetahuan tentang nilai-nilai estetika tersebut sangat penting, karena foto-foto iklan tidak hanya punya nilai inmformasi bisnis tapi juga harus sarat dengan nuansa keindahan. Karena nuansa keindahan itu akan lebih menggoda emosi seseorang yang melihat sajian foto dalam produk iklan tersebut.
Fotografi Fashion
Salah satu jenis fotografi komersial yang memiliki daya tarik serta pesona cukup tinggi adalah fotografi fashion atau busana. Meskipun layak dikelompokkan di dalam kategori fotografi periklanan, namun karena ‘penggarapan’ foto-foto fashion memiliki kekhususan yang tersendiri dibanding produk iklan lainnya, maka fotografi fashion menjadi bidang garap yang tersendiri.
Foto-foto fashion dewasa ini tidak lagi befrbentuk foto-foto produk, tapi telah berkembang menjadi suatu aliran dalam dunia fotografi yang mengutamakan atau mengedepankan segi artistik atau nilai-nilai estetika yang tinggi. Dalam fotografi fashion, obyek pemotretannya tidak hanya mode busana, tapi juga model yang mengenakan busana atau fashion tersebut. Karena itulah di dalam fotografi fashion, nilai-nilai artistik yang dikedepankan haruslah mewakili rancangan fashion atau busana itu sendiri yang menawarkan ide maupun konsep-konsep cemerlang, disamping ttata make-up dan rambut model (pergawati yang memeragakannya), tata gaya, tata ruang serta tehnik fotografi, dan llain-lainnya yang menghadirkan nilai-nilai keindahan.
Di dalam foto fashion, detail busana sangatlah penting untuk ditampilkan. Detail busana yang ditampilkan dimulai dari bahu hingga ke ujung kaki model yang mengenakannya. Wajah model serta latar-belakang dari posisi model itu berada juga memiliki peran arau fungsi yang sangat esensial dalam menonjolkan busana yang dikenakan hinga menghadirkan pesona tinggi.
Dalam bekerja, fotografer fashion tidak bisa bekerja secara sendiri tanpa dukungan pihak lain. Untuk menghasilkan foto fashion yang baik, sang fotografer harus selalu berhubungan dengan perancang mode (desaigner), fashion stylist yang menata keserasian mode busana yang dikenakan modelnya. Selain itu juga akan bekerjasama dengan make-up artis yang membuat seorang model menjadi terlihat cantik dan penuh pesona.
Fotografer apa pun pasti akan bekerja berdasarkan konsep dan ide. Jadi, fotografer tidak semata-mata bertumpu pada kemampuan atau keterampilannya dalam tehnik fotografi semata. Karena itulah fotografer fashion dalam melaksanakan kerja profesinya juga bekerja berdasarkan konsep, ide serta fashion itu sendiri.
Konsep dan ide di dunia fotografi fashion sekarang ini sangat cemerlang. Konsep-konsep dan ide-ide cemerlang itu telah membuat batas antara sebuah foto porno, art nude san foto-foto yang menghadirkan nilai-nilai kesopanan serta etika sudah tidak terlihat lagi.
Konsep dan ide fotografi fasion kebanyakan memang terkesan mengarah pada kecenderungan mengeksploitasi seks. Hal seperti ini terjadi, d barangkali dikarenakan seks memang dipandang atau diyakini sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan yang tidak pernah ada habisnya.
Fotografi Pemandangan dan Wisata
Indonesia merupakan negeri yang kaya dengan obyek wisata serta kaya akan pemandangan alam yang indah. Kekayaan obyek wisata dan panorama alam yang indah tersebut membuat Indonesia selalu didatangi para turis atau wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Kekayaan obyek wisata dan keindahan alam yang ada itu merupakan ‘lahan potensial’ bagi para fotografer yang memang ingin mengkhususkan dirinya pada fotografi pemandangan dan wisata ini. ‘Lahan subur’ ini tentu memberikan nilai komersial yang menarik bagi para fotografer. Dengan kata lain, kekeyaan obyek wisata dan keindahan alam yang dimiliki negeri kita itu merupakan ‘tambang emas’ yang tidak akan pernah habis digali.
Keindahan panorama alam yang merupakan ‘tambang emas’ itu berupa keindahan pemandangan daratan (pandscape), keindahan pemandangan pantai dan laut (seascape), keindahan pemandangan gunung atau pegunungan dan dataran tinggi (mountainscape), serta keindahan pemandangan alam bawah laut (unerwater world). Keindahan alam ini diperkaya lagi dengan banyaknya obyek wisata yang bertebaran di seluruh pelosok tanah air.
Foto-foto yang merekam panorama keindahan alam itu bisa dijadikan ‘komoditi’ yang menguntungkan. Misalnya, bisa dijadikan kartu pos maupun souvenir-souvenir yang menarik bagi wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.
Sekalipun fotografi pemandangan dan wisata masuk dalam kategori fotografi komersial, namun karena foto-foto pemandangan dan wisata juga sarat dengan tampilan nilai-nilai estetika yang tinggi, maka dapat juga masuk ke dalam kelompok fotografi seni. Disamping itu, karena foto-foto pemandangan dan wisata merupakan foto-foto yang mampu ‘bercerita’ kepada khalayak penikmatnya, maka dapat pula menghiasi media-media massa cetak.
Seorang fotografer pemandangan dan wisata adalah seseorang yang dituntut untuk memiliki kepekaan maupun rasa seni yang tinggi. Selain itu, hal yang harus dipahami oleh setiap fotografer pemandangan dan wisata adalah pemandangan-pemandangan indah yang akan menjadi obyek jepretan komeranya itu memiliki sejumlah unsur penting, seperti ttanah (hamparan padang, gurun, perbukitan dan gunung), air (luat, pantai, danau atau telaga, danm sungai), tumbuhan (pepohonan, hamparan hutan, rumput) dan langit (awan serta cuaca).
Fotografi Arsitektur
‘Ladang kerja’ yang menarik lainnya bagi fotografer komersial adalah fotogradi arsitektur. Sesuai dengan namanya maka fotografi arsitektur akan mengambil obyek pemotretannya karya-karya arsitektur.
Obyek fotografi arsitektur ini cukup bervariasi atau beragam. Diantaranya, bangunan-bangunan perkantoran, mall, kondominium, apartemen, rumah, bangunan masjid, candi, gereja, bangunan keraton atau istana, jembatan layang, rumah-rumah ttradisional, dan banyak lainnya lagi.
Nilai jual bagi foto-foto arsitektur tersebut cukup tinggi, dikarenakan banyak diperlukan oleh kalangan arsitek. Fotografi arsitektur tidak hanya menghasilkan foto-foto tentang beragam bentuk bangunan saja, akan tetapi yang paling utama adalah mampu menghadirkan informasi mengenai dunia arsitektur yang diperlukan oleh kalangan arsitek tersebut.
Foto-foto arsitektur tidak hanya penting dalam upaya perkembangan dunia arsitektur, tapi juga dimanfaatkan oleh para arsitek, organisasi-organisasi profesi arsitek maupun lembaga-lembaga terkait untuk kegiatan-kegiatan seperti kompetisi arsitektur dan lain-lainnya lagi.
Foto-foto arsitektur juga memiliki peran besar bagi studi arsitektur. Selain itu foto-foto arsitektur dapat digunakan untuk portfolio dan promosi oleh kalangan arsitek, perancang interior, kontraktor, sub-kontraktor, sampai pemasok eleman bangunan maupun elemen interior. Nilai jual lainnya, foto-foto arsitektur dapat pulka dijadikan media promoso. Misalnya, pengelola hotel. Restoran, pusat-pusat perbelanjaan, apartemen dan lain-lainnya lago, bisa menggunakan foto-foto dengan obyekj bangunannya dalam promoso usahanya ke masyarakat. ***
Sutirman Eka Ardhana
Keterangan foto:
1. (atas) - Kamera obscura yang digunakan fotografer di awal-awal penemuan kamera (alat memotret).
2. (bawah) - Gaya seorang fotografer dengan kamera yang dilengkapi tele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar