Pertemuan ke-5 MK Fotografi (Fotografi Jurnalistik):
CARA SEDERHANA
MENGGUNAKAN KAMERA
· Anda siap dengan kamera, untuk kamera analog jangan lupa isi terlebih dulu kamera dengan film.
· Anda lalu mencari objek atau sasaran yang dipotret.
· Setelah objek ditemukan, arahkan atau bidikkan kamera ke objek tersebut.
INGAT!
Jangan buru-buru menekan tombol penutup, sebelum melakukan tiga hal penting.
1. Mengatur bayangan objek dalam ‘kotak pencari’.
2. Mengatur tajam pemotretan.
3. Mengatur penyinaran.
MENGATUR BAYANGAN OBJEK DALAM ‘KOTAK PENCARI’
- ‘Kotak pencari’ adalah sebuah ruang empat persegi di dalam kamera yang membatasi penglihatan.
- Temukan bayangan objek yang akan dipotret di dalam ‘kotak pencari’.
- Lalu, atur susunan atau komposisi bayangan yang ada di dalamnya.
- Untuk mengatur komposisi bayangan objek, Anda harus mencari posisi atau sudut pemotretan (pengambilan) yang pas.
- Posisi atau sudut pemotretan sangat berpengaruh pada komposisi bayangan.
ME NGATUR TAJAM PEMOTRETAN
- Mengatur tajam pemotretan yaitu mengatur jarak antara lensa dan film.
- Bila jarak antara lensa dan film sudah tepat, maka pengaturan tajamnya sudah benar.
- Bila salah dalam mengatur tajam, maka objek yang dipotret akan menjadi kabur, dan foto yang dihasilkan pun menjadi kabur.
- Secara manual, mengatur tajam pemotretan dilakukan dengan cara memutar cincin (gelang) pengatur tajam yang ada pada lensa, ke kiri atau ke kanan.
- Ketika memutar cincin (gelang) pengatur tajam, pandangan (mata) harus tetap berada pada ‘jendela pengamat’ atau ‘jendela bidik’, untuk melihat ketajaman proyeksi objek yang dipotret.
- Pada kamera RLT (repleks lensa tunggal), untuk memperjelas penglihatan atau ketajaman proyeksi, pada bidang kaca jendela pengamat terdapat sebuah lingkaran kecil berisi susunan mikroprisma. Bila pengaturan ketajaman sudah benar, maka susunan mikroprisma yang kecil-kecil itu akan memperlihatkan bayangan objek yang dipotret dengan jelas. Sebaliknya, bila pengaturan tajamnya belum benar, maka susunan mikroprisma itu akan memperlihatkan bayangan objek yang kabur.
Ruang Tajam
· Ruang tajam adalah antara batas titik tajam yang paling jauh ke belakang dan paling jauh ke depan, yang diukur dari titik objek yang dipotret.
· Dalam memotret, ada kalanya kita memerlukan ruang tajam yang besar, dan ada kalanya pula memerlukan ruang tajam yang kecil.
· Misalnya, ketika memotret seseorang yang sedang santai di sudut suatu ruangan, akan diperlukan ruang tajam yang besar. Karena ketajaman bukan hanya pada seseorang itu saja, tapi juga pada sudut ruangan tersebut beserta segala sesuatu yang ada di situ. Sedang bila memotret seseorang untuk ukuran pas-foto, maka hanya akan diperlukan ruang tajam yang kecil. Karena ruang tajam yang diperlukan hanya pada sekitar wajahnya saja, atau dari ujung hidung sampai ke daun telinga.
Ruang tajam dapat diatur dengan tiga cara
1. Dengan lubang diafragma.
2. Dengan jarak pemotretan.
3. Dengan pilihan jarak titik bakar lensa.
MENGATUR PENYINARAN
- Penyinaran adalah mengatur takaran cahaya yang diperlukan film untuk suatu pemotretan.
- Penyinaran sangat bergantung pada kepekaan film dan kekuatan cahaya yang menerangi objek yang dipotret. Atau, penyinaran sangat bergantung pada kondisi cuaca saat pemotretan dilakukan, selain juga bergantung pada kepekaan dan kecepatan yang digunakan.
- Penyinaran dilakukan dengan mengatur lubang diafragma dan kecepatan penutup (kecepatan rana).
- Takaran cahaya harus pas. Tidak boleh lebih atau kurang. Kalau cahayanya kelebihan, maka hasil foto akan menjadi terlalu terang, warnanya tipis, dan tanpa detail. Bila cahayanya kurang, hasil foto terlalu gelap, warnanya akan menjadi sangat tebal, dan detailnya menjadi tertutup.
- Pengaturan besarnya lubang diafragma dan kecepatan penutup (kecepatan rana) tidak hanya dilakukan secara manual, tetapi ada juga kamera RLT yang sudah langsung mempunyai alat pengukur cahaya yang berhubungan secara elektronis dengan penutup (rana) dan diafragma. Namun, sebelumnya harus dicocokkan terlebih dulu angka kecepatan film yang digunakan suatu indeks.
SEPUTAR CAHAYA (PENYINARAN)
CAHAYA adalah hal yang terpenting di dalam fotografi. Di dalam bahasa fotografi, cahaya juga disebut penerangan atau penyinaran.
Dalam kerja fotografi dikenal ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya alam (asli) dan cahaya bantuan.
Cahaya alam adalah cahaya yang datang dari alam, seperti cahaya matahari. Cahaya matahari bisa dikelompokkan dalam dua jenis: cahaya matahari langsung, dan cahaya matahari difus. Sedangkan cahaya bantuan adalah cahaya buatan yang diperoleh dengan bantuan lampu kilat dan peralatan cahaya lainnya seperti reflektor dan payung cahaya.
Cahaya matahari langsung adalah cahaya yang langsung dari matahari tanpa ada hambatan dari lapisan awan. Sedangkan cahaya matahari difus adalah cahaya dari matahari yang melewati lapisan awan tipis. Cahaya yang melewati lapisan awan berwarna putih itu sampai ke bumi berupa cahaya difus.
Cahaya matahari di siang hari merupakan sumber cahaya yang terpenting di dalam fotografi. Cahaya siang hari merupakan gabungan atau campuran cahaya matahari langsung, cahaya pantulan dan cahaya langit.
Cahaya pantulan adalah cahaya-cahaya pantulan dari gedung-gedung atau bangunan-bangunan, pepohonan atau tumbuhan-tumbuhan dan awan. Sedang yang dimaksud dengan cahaya langit adalah cahaya matahari yang telah terdifusi lapisan atas dari atmosfir bumi.
Posisi Cahaya (Penerangan)
Bila sumber cahaya dalam pemotretan itu dari cahaya matahari, dan cahaya bantuan, maka posisi cahaya (penerangan) itu bisa terbagi dalam tujuh posisi, yaitu: posisi cahaya dari depan, cahaya dari belakang, cahaya dari samping, cahaya dari atas, cahaya melalui bahu pemotret, cahaya difus (terbaur) dan cahaya pantulan.
Cahaya dari depan – Cahaya dari depan adalah cahaya matahari yang datang (menerangi) dari arah depan objek, atau dari arah atas belakang pemotret. Cahaya dari arah depan akan menerangi objek secara merata. Akibatnya pada objek tidak akan terlihat bagian yang gelap, karena semua cahaya merata, sehingga gambar objek terlihat menjadi datar.
Cahaya dari belakang – Cahaya dari belakang adalah cahaya yang datang dari bagian belakang objek. Karena sumber cahaya berada di belakang objek, maka hanya bagian belakang objek itu saja yang mendapatkan cahaya atau penyinaran, sedangkan bagian depannya tidak mendapat cahaya. Karena bagian depan objek tidak mendapatkan penyinaran, maka bagian depan objek itu tidak memantulkan cahaya ke dalam lensa kamera. Akibatnya, gambar objek itu akan menjadi gelap.
Cahaya dari samping – Cahaya dari samping adalah cahaya yang datang dari samping objek, baik samping kiri maupun samping kanan. Karena sumber cahaya atau penerangan datangnya dari samping, maka pada gambar objek hanya bagian samping yang mendapat cahaya itu saja yang terlihat terang, sedang bagian samping lainnya menjadi gelap. Biasanya, penerangan yang datang dari samping bisa mengakibatkan gambar objek menjadi kontras.
Cahaya dari atas – Cahaya dari atas adalah cahaya yang datang dari bagian atas objek, atau sumber cahaya tepat berada di atas objek. Posisi cahaya seperti ini menyebabkan bagian atas objek terlihat terang, sedangkan bagian-bagian lain menjadi terlihat gelap.
Cahaya melalui bahu pemotret – Cahaya melalui bahu pemotret adalah cahaya yang datang dari arah belakang agak ke samping bahu pemotret. Karena sumber cahaya datangnya dari belakang agak ke samping bahu pemotret, maka pada objek akan terdapat bagian yang banyak memperoleh cahaya, ada yang sedang, dan ada pula yang sedikit perolehan cahayanya, Kondisi cahaya seperti itu menyebabkan pada objek akan terlihat ada bagian yang terang, agak gelap, dan gelap. Gambar objek pun terlihat menjadi tiga dimensi. Gambar objek seperti ini akan terlihat baik dan penuh daya tarik.
Cahaya difus (terbaur) – Cahaya difus atau cahaya terbaur adalah cahaya yang berasal dari awan putih atau awan tipis yang terdapat pada siang hari. Dengan cahaya difus maka objek akan mendapatkan cahaya yang datang dari segala arah. Kondisi ini akan menyebabkan bayangan objek yang sangat lemah, sehingga gambar objek menjadi tidak terlalu kontras.
Cahaya pantulan – Cahaya pantulan adalah cahaya yang diperoleh dari penggunaan lampu kilat yang diarahkan ke langit-langit suatu ruangan, dan cahaya itu kemudian memantul ke objek. Dengan pencahayaan seperti ini, gambar objek akan terlihat alamiah, meskipun menggunakan sumber cahaya buatan atau bantuan dari lampu kilat elektronik.
Ket. Gambar:
Kelihatannya sederhana, hanya memotret kucing-kucing. Tapi bagaimana membuat kucing-kucing yang lucu itu tetap setia berjejer bersama, tentu memerlukan keterampilan tersendiri. Dalam teknik memotret juga dituntut keterampilan dalam menata objek yang akan difoto. (aile foto_raf_)
TEKNIK MEMOTRET
DALAM kerja fotografi dikenal istilah teknik memotret. Teknik memotret adalah tata cara memotret sehingga menghasilkan foto atau karya fotografi yang bagus. Sesungguhnya terdapat banyak teknik dalam memotret, tetapi yang sering digunakan, khususnya oleh para fotografer, antaralain teknik freeze, teknik panning, zooming, bulb, double/multiple exposure, makro, dan siluet.
Teknik freeze --- adalah teknik memotret pada objek yang bergerak. Pemotretan dengan teknik ini dilakukan untuk menghasilkan suatu foto atau gambar yang maksimal pada objek yang bergerak itu. Di dalam foto, objek yang bergerak itu menjadi seakan tidak bergerak. Di dalam teknik ini harus digunakan kecepatan yang tinggi. Teknik freeze ini biasanya banyak digunakan oleh para jurnalis foto dalam memotret berbagai kegiatan olah raga yang penuh dengan gerakan-gerakan cepat. Misalnya, kegiatan sepak bola, lari cepat, balap sepeda, balap motor, dan lainnya.
Teknik panning --- adalah teknik memotret untuk menghasilkan efek gerak pada objek foto yang juga bergerak. Dalam teknik ini, efek gerak itu dimunculkan pada latarbelakang atau background foto. Memotret dengan teknik ini dilakukan dengan cara mengikuti gerak objek. Kamera diarahkan atau digerakkan mengikuti arah gerakan-gerakan pada objek. Memotret dengan teknik itu diperlukan alat bantu kamera seperti tripod. Penggunaan tripod dimaksudkan agar kamera tidak bergoyang saat digunakan. Sebab bila bergoyang maka hasilnya akan gagal. Teknik ini juga mengharuskan penggunaan low speed atau kecepatan rendah.
Teknik zooming --- adalah teknik memotret untuk menghasilkan foto dengan efek objek seperti menjauh atau mendekat ke kamera. Di dalam teknik ini, ketika tombol shutter ditekan, pemotret menggerakkan atau memutar ring zoom menjauh atau mendekat sesuai dengan target foto yang dikehendaki. Teknik ini memerlukan penggunaan kecepatan yang rendah. Dengan kecepatan yang rendah, maka ada sedikit waktu yang leluasa dalam memutar atau menggerakkan ring zoom.
Teknik bulb --- adalah teknik memotret dengan cara mengatur kecepatan gerak buka tirai rana. Teknik bulb ini biasanya sering saat memotret pada malam hari yang cahaya atau penyinarannya minim. Hal ini dilakukan bila kecepatan tidak bisa menghasilkan pencahayaan standar atau pencahayaan normal.
Teknik double/multiple exposure --- adalah teknik memotret untuk mendapatkan hasil foto yang unik dan menarik. Dengan teknik ini dalam satu frame foto bisa dihasilkan foto objek yang sama tapi dengan gaya atau pose berbeda atau ada penumpukan objek foto. Dalam teknik ini sebaiknya digunakan alat bantu tripod, agar kamera tidak bergoyang.
Teknik makro --- adalah teknik memotret untuk objek yang jaraknya sangat dekat, misalnya memotret objek yang kecil dan halus. Memotret dengan teknik dimaksudkan agar detail dan tekstur dari objek yang dipotret itu bisa terlihat nyata dan jelas. Untuk teknik ini diperlukan lensa khusus, yaitu lensa makro. Bila tidak ada lensa makro, ada juga yang mencoba menggunakan lensa standar pada kamera dengan menggunakannya secara terbaik. Tapi penggunaan lensa secara terbalik itu tidak mudah, butuh kecermatan.
Teknik siluet --- adalah teknik memotret yang memposisikan atau menempatkan sumber cahaya tepat berada di balik atau di belakang objek. Dengan sumber cahaya di belakang objek, maka objek foto akan terlihat gelap. Di dalam teknik ini diperlukan ketepatan pada pengaturan kecepatan dan diafragma. Pengaturan kecepatan dan diafragma sangat bergantung pada kondisi cahaya atau penyinaran ketika pemotretan.
Penguasaan tahapan serta teknik memotret merupakan hal yang penting bagi seorang fotografer. Ini tentu saja harus dimulai dengan mengenal kamera yang akan kita gunakan untuk memotret. Karena dengan mengenali kamera yang kita gunakan, kita dapat menggunakan fasilitasnya dengan baik sehingga menghasilkan foto dengan teknik yang sempurna.
Trik Memotret Senja Hari
Memotret suasana di senja hari atau ketika senja turun adalah sesuatu yang menyenangkan. Terlebih-lebih ketika memotret suasana senja turun di pantai atau tepi laut. Ketika senja turun di pantai atau di balik hamparan laut memang merupakan objek yang indah. Tapi sesungguhnya keindahan senja itu tidak hanya dapat ditemukan di tepi pantai, tapi juga terdapat saat senja turun di balik kota.
Untuk menghasilkan sebuah foto senja yang menarik memang bukan hal yang sederhana dan mudah. Diperlukan sejumlah langkah dan trik untuk bisa menghasilkan foto senja yang indah dan menarik itu.
Langkah utama yang harus dilakukan dalam memotret senja adalah melakukan persiapan yang matang. Suasana senja itu waktunya sangat singkat. Oleh karena itu perlu persiapan untuk memenej waktu sehingga hasilnya tidak sia-sia. Sebab bila waktunya tidak dimenej sebaik mungkin, bukan tidak mungkin moment senja yang ditunggu itu akan terlewatkan begitu saja.
Harus disiapkan terlebih dulu di mana lokasi pemotretan itu dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan langkah penelitian awal untuk melihat atau mencari bagaimana gambaran yang sesungguhnya. Gambaran awal itu bisa dijadikan pedoman dalam melakukan pemotretan.
Setelah itu tentukan kapan waktu pemotretannya dan persiapkan peralatan dan perlengkapannya. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan itu meliputi:
1. Kamera – Kamera SLR 35 mm biasanya sangat tepat digunakan untuk memotret senja. Terutama kamera yang memiliki pengatur diafragma atau kecepatan rana. Bisa kamera yang pengaturan cahayanya secara manual maupun yang kecepatan rananya otomatis.
2. Lensa – Lensa yang disiapkan untuk pemotretan senja hari ini sebaiknya lensa sudut lebar 24 mm atau bisa juga yang memiliki sudut 20 mm. Jangan lupa juga siapkan lensa tele zoom menengah ukuran 70-210 mm.
3. Tripod – Siapkan pula tripod. Tripod atau tiga kaki kamera diperlukan sebagai alat bantu untuk menopang kamera. Dengan menggunakan tripod, kamera bisa terbebas dari kemungkinan guncangan atau goyangan. Kecendrungan kamera akan tergoyang ketika memotret senja sangat mungkin terjadi, sebab dalam memotretnya diperlukan penyinaran atau pencahayaan yang lama.
4. Cable Release - Cable release atau kabel penghubung untuk menekan tombol pelepas kamera juga perlu disiapkan atau dibawa. Kelihatannya sederhana, tapi kabel penghubung ini bisa membantu tidak terjadi getaran atau goyangan saat tombol penutup rana ditekan.
5. Filter – Siapkan juga filter. Bukan tidak mungkin diperlukan bantuan filter pada kamera, ketika muncul ide untuk memperoleh hasil foto senja yang bernuansa seni, kreatif dan dramatis. Bila ingin menampilkan cahaya kemerahan yang kuat di dalam objek foto senja tersebut ada baiknya gunakan filter 85B.
6. ISO atau ASA – Dalam memotret senja sebaiknya gunakan film seluloid yang memiliki ISO atau ASA rendah, yakni ISO 100. Tapi bila foto nantinya akan dicetak dalam ukuran besar, ada baiknya pula gunakan ISO atau ASA 200. Bila ISO lebih rendah dari ISO 100, menyebabkan proses pencahayaan dalam pemotretan bisa memerlukan waktu yang lama. Sebaliknya bila ISO atau ASA yang digunakan terlalu tinggi (lebih dari ISO 200) warna foto atau gambar yang dihasilkan tidak cerah dan muncul butiran-butiran kasar.
Ket. Gambar:
Memotret suatu objek dalam kerumunan banyak orang, dan berdesak-desakan, juga memerlukan keterampilan teknik tersendiri untuk menjaga agar posisi kita tidak goyang saat memotret. Cari posisi yang tepat, yang membuat kita bias kuat dari senggolan atau desakan orang lain. Ini foto pencucian kereta Keraton Yogyakarta pada tahun 90-an. (foto: SEA)
Cara Memegang Kamera
Memegang kamera dalam memotret ada tata aturannya bila menginginkan hasil yang bagus dan memuaskan. Kelihatannya hanya persoalan yang sederhana dan sepele, tapi belum tentu pengguna kamera memahami bagaimana sesungguhnya cara memegang kamera yang ideal saat memotret.
Posisi Tangan – Posisikan tangan kiri pada bagian lensa kamera, dan posisikan tangan kanan pada sisi bagian yang terdapat tombol penutup rana dan lainnya. Kemudian rapatkan kedua siku tangan dengan badan.
Bila posisi tangan kiri agak lelah, karena kelamaan memegang atau menahanberat kamera, bisa juga digunakan lengan tangan untuk menyangga kamera. Biasanya menyangga dengan lengan tangan bisa menghindari terjadinya getaran atau goyangan saat memotret atau ketika tombol penutup rana ditekan.
Hindari memegang kamera (kecuali kamera saku) dengan sebelah tangan. Karena memegang kamera hanya dengan sebelah tangan beresiko besar terjadi goyangan pada saat tombol penutup rana ditekan. Dengan kata lain, kecenderungan kamera akan mengalami goyangan saat memotret dipastikan terjadi. Bila ini terjadi maka hasil pemotretan bisa menjadi tidak berhasil. Demikian pula, jangan letakkan kedua belah tangan pada badan kamera. Hal ini juga membuat daya tahan tangan dalam menopang kamera tidak kuat. Bila kekuatan tangan dalam menopang kamera lemah, maka ketika tombol penutup rana ditekan, kamera bisa tergetar atau bergoyang.
Jangan lupa pula, kalungkan tali kamera pada leher, atau lilitkan pada tangan. Hal ini bisa menghindari terjadinya resiko kamera terjatuh atau terlepas dari pegangan tangan.
Ingat, jangan sekali-kali memposisikan tangan kiri di bagian atas lemsa kamera. Selain memberatkan kamera, posisi tangan seperti ini juga membuat kamera bisa tergoyang saat digunakan untuk memotret. Jadi sekali lagi, tangan kiri tetap berada di bagian bawah lensa.
Posisi Kaki – Tidak hanya posisi tangan yang harus ditata atau diatur dalam memotret, tapi juga posisi kaki perlu mendapat perhatian yang sama pula. Artinya, posisi kaki saat memotret juga perlu diatur atau ditata, sehingga pemotretan itu akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan maksimal.
Posisi kaki dalam memotret sangat mempengaruhi keseimbangan atau kestabilan tubuh. Ketika memotret dalam posisi berdiri, sebaiknya posisi kaki kiri berada sedikit di depan kaki kanan. Posisi seperti ini akan membuat keseimbangan tubuh atau badan ketika memotret bisa terjaga. Berbeda bila posisi kaki sejajar, atau bahkan kaki kiri dan kanan dirapatkan. Posisi ini membahayakan kestabilan atau keseimbangan tubuh ketika memotret.
Ketika memotret dengan cara berjongkok, posisikan kedua siku tangan diletakkan di atas kedua lutut kaki. Posisi seperti ini menguatkan tangan yang menopang kamera, sehingga ketika tombol penutup rana ditekan, bisa terhindar dari getaran atau goyangan.
Sandaran – Menyandarkan tubuh atau badan di suatu benda yang kuat juga bisa membantu keseimbangan tubuh saat memotret. Benda-benda keras yang bisa dijadikan sandaran tubuh saat memotret itu antara lain tembok atau dindingan bangunan, pohon-pohon besar, mobil, tiang listrik, dan lainnya.
Dengan menyandarkan tubuh di benda-benda keras dan kuat itu bisa menghindarkan terjadinya getaran atau goyangan pada kamera saat memotret suatu objek.
Tiarap – Memotret juga bisa dilakukan dengan tiarap di atas lantai, rerumputan dan hamparan sejenis lainnya. Akan tetapi, tiara pun ada aturannya. Artinya, bila ingin menghasilkan karya foto atau gambar yang bagus, maka posisi tiarap itu pun harus diperhatikan. Ketika memotret dengan cara tiarap itu, sebaiknya posisi siku kedua tangan tetap diletakkan di atas lantai atau rerumputan tempat tiarap itu. Dengan menempatkan kedua siku tangan di atas lantai atau media untuk tiarap itu, maka posisi pegangan pada kamera akan stabil dan kuat. Sehingga kemungkinan terjadinya getaran atau goyangan saat digunakan untuk memotret akan bisa dihindari. (sutirman eka ardhana)