Sutirman Eka Ardhana
Puisi-puisi
tahun 1975 (3)
SURAT
TENGAH MALAM
sepi di sini sepi yang menggeliat
sepi yang pekat
sepi yang syahwat yang hangat di
gelas yang diam
di meja yang patung di sudut yang
sendiri
di kaca yang putih di kain yang
hijau di daun
sepi di sini sepi yang
mengkotakkatikkan lobang kunci
yang mengkotakkatikkan jeruji yang
mengkotakkatikkan
suara yang mengkotakkatikkan senyap
yang mengkotak
katikkan harap yang
mengkotakkatikkan sunyi yang
mengkotakkatikkan bulu yang mengkotakkatikkan
anuku yang rindu mengkotakkatikkan
anumu
oi beri aku satu sepi yang
menggeliat
yang dapat mengkotakkatikkan
anu
mu
!
Yogya, 1975
BERI AKU YANG SATU ITU, SAYANG
beri aku yang satu itu sayang yang
duri dalam
sepi yang pisau dalam risau yang
nyeri
dalam nyanyi yang gelisah
dalam resah
beri aku yang satu itu tuk kubawa
dalam tiap
mimpi tuk seribu puisiku yang tak
sempat jadi
kan kubawa perang di medan laga kan
kubawa
berenang di ombak dan tenggelam
ke dasar Nya.
Yogya, 1975
DAN MALAM PUN TERSIBAK
dan malam pun tersibak dengan tangis
perawan
yang bulannya pecah yang bulannya
merah yang bulannya
berdarah yang rindunya terputus yang
rindunya terrenggut
yang rindunya tersia
angin tak lagi sejuk angin tak lagi
sepoi angin tak lagi
sedap angin tak lagi membelai angin
tak lagi menyanyi
angin tak lagi berpuisi karena
tangis si perawan
menyayat ke kaki bukit
dan malam pun tersibak dengan tangis
perawan
yang bulannya pecah yang rindunya
terputus
yang angin tak lagi sejuk.
Yogya, 1975
INI SAJAK CINTA
ini sajak cinta,
kutulis dengan birahi kutulis dengan
syahwat kutulis
dalam geliat kutulis dalam debar
anuku
ini bara rinduku yang membakar sisa
hangat pipimu
yang membakar denyut remasmu yang
membakar sejuk tapak tanganmu
yang membakar birahi dalam matamu
ini sajak cinta,
kutulis dalam kenang kutulis dalam
rindu kutulis dalam harap
- datanglag engkau nanti,
perempuanku!
telah kusediakan ranjang pelaminan
untukmu.
Yogya, 1975
SEBARIS SEPI
sebaris sepi di sini telah jadi
puisi secuil
risau telah jadi pisau dan segores
nyeri
di sini telah jadi nyanyi sebuah
kata
telah jadi mantera
nah, cobalah periksa!
lelaki mana telah jadi penyair
dan membuat perawan dari sajaknya?
Yogya, 1975
ANGIN YANG SAMPAI DI TINGKAPMU
angin yang sampai di tingkapmu
adalah angin yang semalam di simpang
menyingkap perawan
yang menyapa engkau; "adakah
puisi hari ini?"
dan kau bilang, tidak!
angin yang sampai di tingkapmu
adalah angin yang mencium kening
penyair
yang rindunya jauh di seberang
yang sepotong sajaknya hilang.
Yogya, 1975
MARI KITA PECAHKAN SEPI
mari kita pecahkan sepi dari dalam
botol
ambil airnya dan puaskan dahaganya
mari kita pecahkan sepi dari rintih
perawan
lumat lembutnya dan telankan
sedapnya
mari kita pecahkan sepi dari hati
penyair
yang membuat birahi dengan sajaknya.
Yogya, 1975
SEMARANG, TENGAH MALAM
bulan perak yang turun di dadamu
kurampok malam ini
sebab di dadaku ada lautan yang
mengguruh
nyanyikan tembang-tembang cinta
hai!
ada suara yang di setiap rimbun daun
ada sura yang sampai dari kaki bukit
mengabarkan: Ada kesetiaan yang akan
diselesaikan di sini!
Benar! Benar!
aku toh sudah menimbang-nimbang
jauh-jauh sebelumnya
bulan perak yang meranum di dadamu
telah kurampok, kan?
dan:
kuremas!
kuremas!
kuremas!
kuremas!
jadi satu dalam hatiku
ayo nona manis
ayo!
kita rayakan malam perjumpaan ini
hanya dengan saksi bulan
dan
tak
tik
tak
tik
ah
!
1975
ADA LAGUMU YANG MERASUKKU
MALAM-MALAM
ada lagu Mu yang merasukku
malam-malam
bermula dari risik daun bermula dari
sepi
dan bersijingkat di antara
suara-suara
ada lagu Mu yang merasukku
malam-malam
di antara sayup seruling gembala
yang entah
rindu siapa di antara detak langkah
kaki entah
petualang dari mana di antara tangis
budak entah
anak kenapa di antara rintihnya
perempuan entah
laki-bini yang mana pula
ada lagu Mu yang merasukku
malam-malam
bagai sepasukan risau bersenjata
pisau
mengharus-biru sajakku.
Yogya, 1975
DI RIAUKU ENGKAU BERINDU-RINDU
PULA
di riauku engkau berindurindu pula
berlagulagu
pula berharap pula bersajak pula di
riauku engkau
berbasahbasah pula
telungkuptelungkup pula
berrenangrenang pula bersedap-sedap
dan dekat muara itu
ada biji bakau kau kutip
kau simpan dalam hati
tuk jadi puisi.
Yogya, 1975
SURAT
surat sepi
surat rindu
surat cinta
datang siang hari
lalu merobek-robek
hatiku
lalu mengganggu nyenyak
tidurku
ah!
surat sepi
surat rindu
surat cinta
datang ketika sunyi
lalu merobek-robek
kertasnya sendiri
lalu melumat
kata-katanya sendiri
nah!
surat sepi
surat rindu
surat cinta
lalu sunyi sendiri.
1975
SEPI DI SINI SEPI DI SITU
sepi di sini sepi di situ bertemu
jadi satu dalam sepimu dalam sepiku
yang senantiasa sepi dari sepinya
waktu
sepi di sini sepi di situ bertemu
dalam satu lubuk dengan sepimu
dengan sepiku
mereka berdekap-dekap melepas rindu
mengosok-gosok membuat lagu
sepi di sini sepi di situ bertemu
berdua dalam dekap sepimu dalam
dekap sepiku
saling bercengkrama memaut hati
tuk membuat lagi sepotong sepi
Yogya, 1075
(Puisi-puisi
ini terhimpun di dalam buku kumpulan puisi "RISAU", terbitan Pabrik Tulisan, Yogyakarta, 1976.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar