Sutirman Eka Ardhana
Puisi-puisi
tahun 1975 (2)
RISAU
malam-malam begini entah risau apa
yang datang
berrisau-risau dalam risauku, sedang
risau semalam belum lagi
terisaukan semuanya dalam pekat
malam, dan desau angin
di luar yang risau tak tahu ke mana
arah risaunya kan dituju.
barangkali risau laut yang risau tak
tahu ke mana tempat risau
nya berpaut atau risau sajak yang
risau tak tahu ke mana
tempat risaunya bersajak.
Yogya,
Januari 1975
JADI
Bimillah!!!
Jadilah sudah!
Engkau: yang cair
yang dingin
yang suci
yang najis
yang bersih
yang kotor
yang nyata
yang gaib
Nah jadi!!!
Dari tak ada jadi ada!
Dari mengada-ada jadi
ada!
Alhamdulillah!!!
Selesailah sudah
Satu kerja
!
Yogya, Januari 1975
SIAPA
BER
DALAM
KU
kata siapa yang berkata-kata dalam
kataku
suara siapa yang bersuara-suara
dalam suaraku
tanya siapa yang bertanya-tanya
dalam tanyaku
kedip siapa yang berkedip-kedip
dalam kedipku
haru siapa yang berharu-haru dalam
haruku
deru siapa yang berderu-deru
SIAPA
BER
DALAM
KU
(telah kucari di bilik-bilik, di
bayang cermin, di celah
jendela, di lubang kunci, di dalam
kitab, di balik kasur,
di kolong ranjang, di desau riau, di
desir bengkalis,
di bawah meja, namun tetap tak
bersua)
SIAPA
BER
DALAM
KU
?!
ayo, katakan!!!
sebelum kuhunjam pisau
ini
dalam-dalam.
Yogya,
Januari 1975
YANG
kutulis sajak ini ketika tiba-tiba
saja kurasakan ada rindu
yang menyeruak dalam hatiky yang
sendiri, yang sunyi
yang sepi, yang tanpa kau, yang
diam, yang bergebalau,
yang resah, yang risau, yang sekian
yang,
yang aku tak tahu lagi bernama yang
mana
yang mungkin yang itu, yang any,
yang ini,
atau yang bersembunyi di dalam
sekian yang, yang senantiasa
bergumul
dalam hatiku yang
cuma satu ini
tapi sudahlah,
meski sekian yang ke sekian yang
yang aku tak tahu bernama yang apa,
rinduku tetap pada Yang Satu juga.
Yogya, Maret
1975
SAJAK
RINDU
tak ada yang paling parah selain
resah,
tak ada yang paling resah selain
gelisah,
tak ada yang paling gesliah selain
gebalau,
tak ada yang paling gebalau selain
risau,
tak ada yang paling risau selain
rindu,
tak ada yang paling rindu selain
aku, kasihku!
Yogya, 1975
SAJAK
SIAPA
sajak siapa tengah malam begini
menggedor-gedor
pintu kamarku, sajak apa tengah
malam begini
mempermainkan sajakku, sajak yang
mana
tengah malam begini mengusik rinduku
: sajak Mu, sajak Kau
atau sajak siapa
?!
ayo sebutlah cepat!
sebelum kubunuh ia dengan sajakku
yang tajam berkilau.
Yogya, 1975
KAN
KUSAJAKKAN SAJAK INI, BILA
kan kusajakkan sajak ini, bilam
sajak ini
sampai di sajakmu, dan masuk, lalu
duduk-duduk,
tidur-tidur, atau lantas meniduri
sajakmu
(nah, makanya jangan
terkejut: bila ia tak selembut
yang kauduga, dan terimpi-impikan di sajakmu)
kan kusajakkan sajak ini, bila sajak
ini
puas di sajakmu. dan pergi, lalu
jalan-jalan,
lenggang-lenggang, atau lantas lari
menghilang
(nah, jangan menangis:
bila ia tak datang
seperti yang kauharap, untuk membelai-belai
sajakmu)
Yogya, 1975
PENYAIR
di dekat muara itu sebarisan sepi
telah menyergap penyair
dan merampok hatinya dan penyair
yang tak berdaya
membiarkan dirinya dilanda topan
ditelan ombak lalu
sepotong sajaknya terantuk di batu
karang
di dekat muara itu penyair tak lagi
bisa bersajak
karena layar di matanya telah koyak
camar pun jadi samar di balik buih
dan kata-kata telah tenggelam di
palung sepi
di dekat muara itu penyair sunyi
sendiri
tak ada mantera dalam katanya tak
ada
ombak dalam lautnya tak ada
perawan dalam sajaknya
tak ada.
Yogya, 1975
(Puisi-puisi ini terhimpun di dalam
buku kumpulan puisi "RISAU",
terbitan Pabrik Tulisan, Yogyakarta, 1976.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar