Selasa, 06 Maret 2012

Pertemuan ke-4: LEBIH JAUH TENTANG: FOTO BERITA DAN FOTO HUMAN INTEREST

ket. Gambar: Foto berita tentang anak-anak dan wartga sipil yang jadi korban bom napalm yang dijatuhkan pesawat terbang AS dan Vietnam Selatan di Distrik Trang Bang, Provinsi Trang Bang (dulu – Vietnam Selatan) pada 8 Juni 1972 karya jurnalis Nick Ut memiliki daya pengaruh dan daya provokasi yang tinggi dalam membakar semangat rakyat AS untuk berdemo besar-besaran menuntut pemerintah AS menghentikan keterlibatannya dalam perang di Vietnam. Dan, tak berapa lama kemudian pemerintah AS memenuhi desakan rqakyatnya itu. (foto: Nick Ut/AP)

Pertemuan ke-4:
LEBIH JAUH TENTANG:
FOTO BERITA DAN FOTO HUMAN INTEREST

            FOTO BERITA (SPOT NEWS)

            FOTO berita adalah foto yang menyajikan suatu informasi peristiwa atau berita.
Seperti halnya berita yang harus selalu mengedepankan nilai aktulitas (terkini), foto berita juga mengutamakan nilai aktulitas.
Kekuatan atau daya tarik foto berita terletak pada:
1.      Aktualitas informasi peristiwa yang disampaikan.
2.      Fakta dan momen peristiwa yang tersaji.
3.      Komposisi fotografi.

Informasi peristiwa yang tersaji atau disampaikan foto berita tersebut haruslah memiliki nilai aktulitas yang tinggi. Informasinya terkini atau terbaru. Karena informasi peristiwa terkini merupakan informasi yang dicari pembaca (publik). Selain informasi peristiwanya terkini, daya tarik lainnya juga terletak pada siapa tokoh yang ada di dalam peristiwa itu.
Foto berita harus menyajikan fakta peristiwa yang jelas dan lengkap, serta momen peristiwa yang menarik. Fakta peristiwa yang disampaikan atau diinformasikan foto berita tersebut ke pembaca (publik) haruslah menggambarkan secara jelas dan lengkap tentang peristiwa yang terjadi.
Momen peristiwa yang disajikan harus bisa dipahami dengan mudah dan jelas oleh pembaca (publik), sehingga pembaca mengetahui serta memahami tentang apa dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
Sebagai bagian dari karya fotografi, fotojurnalistik, termasuk di dalamnya foto berita, tidak bisa mengenyampingkan atau mengabaikan peran komposisi.
Komposisi yang merupakan penempatan posisi objek pada bidang pemotretan, sehingga menjadi pusat perhatian, memiliki peran dalam menarik perhatian pembaca (publik) untuk tertarik ke foto berita tersebut. Pembaca akan tertarik karena foto berita itu tidak saja punya nilai informasi, tapi juga memiliki nuansa keindahan.
Komposisi merupakan penataan elemen-elemen atau unsur-unsur dalam gambar. Elemen-elemen itu terdiri: sudut pemotretan, sepertiga bagian, pola, garis, warna, bingkai, latar belakang, dan latar depan.
Dalam kaitan fotojurnalistik, foto berita merupakan pilihan utama media pers seperti suratkabar, maupun majalah berita (termasuk juga media online).  Sebagian besar fotojurnalistik yang disajikan atau dimuat media pers seperti suratkabar dan majalah berita tersebut adalah foto berita.
Karena itu dibanding jenis fotojurnalistik lainnya, foto berita mendapat tempat yang ‘istimewa’, diutamakan, dan selalu dicari.
Hampir semua mediampers seperti suratkabar dan majalah berita (termasuk juga media online), selalu ‘mengutamakan’  foto berita dalam memilih atau menentukan foto headline (foto utama).
Foto headline atau foto berita utama selalu berukuran lebih besar dari foto-foto jurnalistik lainnya yang dimuat di halaman yang sama.
Foto headline atau foto berita utama haruslah memiliki daya tarik yang besar dibanding foto-foto lainnya (yang dimuat dalam waktu bersaamaan).
Daya tarik itu tidak saja terletak pada besar atau tingginya nilai informasi peristiwa yang disampaikan, tapi juga pada pesona fakta serta  momen  peristiwa itu sendiri.
Foto headline harus memiliki daya tarik atau pesona yang lebih besar dari foto-foto lainnya dalam menarik serta mempengaruhi mata dan hati pembaca.
Foto headline atau foto berita utamaq biasanya selalu hadir bersamaan dengan berita yang juga menjadi berita headline pada media pers tersebut. Demikian juga foto-foto berita lainnya, selalu hadir bersamaan dengan informasi peristiwa yang disajikan.
Kekuatan visual yang dimiliki foto berita lebih mempertajam daya tarik kekuatan verbal yang dimiliki berita tulis.
Suatu berita atau tulisan jurnalistik lainnya, seperti feature, reportase dan lainnya, akan lebih memiliki daya tarik atau pesona bila dilengkapi dengan dengan foto.
Foto yang melengkapi suatu berita atau tulisan lainnya akan membuat berita atau tulisan tersebut menjadi lebih kuat dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada pembaca (publik). Dengan kata lain, daya tarik atau daya pesona informasi itu menjadi lebih tinggi dan lebih bernilai.
Sering pula terjadi, selembar foto berita (termasuk juga jenis foto jurnalistik lainnya) memiliki kekuatan informasi atau daya tarik yang lebih dibanding berlembar-lembar halaman berita atau tulisan (beribu-ribu karakter tulisan).
Satu hal yang perlu diingat, bahasa foto (dalam foto berita) memiliki daya pengaruh datau daya provokasi yang lebih tinggi dibanding bahasa tulis.
Foto berita atau jenis foto jurnalistik lainnya, sering juga disebut sebagai  perpaduan antara foto (gambar) dan kata-kata. Perpaduan keduanya memberikan penjelasan atau pemahaman kepada pembaca (publik) tentang informasi suatu peristiwa.
            Dalam sejarah perjalanan jurnalistik, usia foto berita demikian pula foto-foto jurnalistik lainnya jauh lebih muda daripada jurnalistik tulis. Keberadaan foto jurnalistik dalam kerja jurnalistik diawali dengan kemunculan jurnalistik gambar. Peristiwa yang akan disampaikan ke publik direka ulang dalam bentuk gambar atau sketsa. Media jurnalistik atau suratkabar pertama yang memuat gambar sketsa sebagai berita adalah The Daily Graphic. Gambar berita pertama yang disajikan The Daily Graphic adalah gambar tentang suatu peristiwa kebakaran, dan diterbitkan pada edisi 16 April 1877.
            Foto berita atau fotojurnalistik pertama yang dimuat atau ditampilkan adalah foto tentang suatu kawasan tambang pengeboran minyak di Shantytown. Foto yang dihasilkan oleh Henry J Newton dimuat oleh suratkabar New York Daily Graphic pada terbitan  tanggal 4 Maret 1880.
            Sedang foto berita atau bahkan juga foto jurnalistik paling bersejarah dalam kontek sejarah perjalanan bangsa Indonesia adalah foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, Jakarta, serta foto pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih yang disaksikan Bung Karno, Bung Hatta dan Ny Fatmawati, hasil karya kakak beradik Alex Mendur (1907-1984) dan Frans Soemarto Mendur (1913-1971).
Pada dasarnya foto berita atau fotojurnalistik lainnya merupakan foto biasa, seperti halnya foto-foto karya fotografi lainnya. Yang membedakan, foto berita (fotojurnalistik)  mempunyai nilai berita (informasi) atau pesan yang memiliki kelayakan untuk diinformasikan ke publik.

Untuk menghasilkan suatu karya foto jurnalistik, termasuk di dalam foto berita yang baik, seorang wartawan foto harus memposisikan dirinya pada dua profesi kerja: pertama sebagai wartawan (jurnalis); kedua sebagai fotografer.
Sebagai wartawan, seseorang harus cepat tanggap dan peka terhadap suatu peristiwa yang disaksikannya. Seorang wartawan harus cepat mengetahui apakah peristiwa yang disaksikannya itu layak diinformasikan atau disampaikan ke publik atau tidak. Dan, sebagai fotografer, ia tentu harus cepat memutuskan untuk memindahkan informasi tentang peristiwa itu ke dalam kameranya, yaitu dengan memotretnya.
 Karenanya dalam melaksanakan kerja jurnalistiknya, langkah ideal yang harus dilakukan adalah memadukan tiga hal penting:
1.      Melakukan kerja sebagai wartawan (jurnalis) sesuai dengan profesi kerjanya.
2.      Melakukan kerja sesuai dengan hobi atau kesukaannya terhadap dunia fotografi, atau sebagai fotografer.
3.      Melakukan pekerjaan sesuai kesukaannya terhadap seni, dalam hal ini fotografi seni.
Maka bila ingin menjadi seorang wartawan/jurnalis foto yang berhasil, maka seorang wartawan foto harus dapat memadukan ketiga hal penting tersebut.

Ket. Gambar:
                Foto berita karya Eddie Adam tentang eksekusi jalanan terhadap seorang tahanan Vietcong bernama Nguyen Van Lem yang dilakukan Kepala, Polisi Nasional Vietnam Selatan, Nguyen Ngoc Loan, di kota Saigon, pada 1 Februari 1968, ini juga memiliki daya pengaruh dan daya provokasi yang tinggi terhadap masyarakat dunia dalam mengecam kekejam perang dan mendesak dihentikannya keterlibatan AS dalam perangh di Vietnam tersebut.
                                                                                                                                                        (foto:Eddie Adam/AP)

FOTO HUMAN INTEREST
Foto human interest adalah foto yang menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan daya tarik manusiawi, atau foto yang berbicara tentang masalah-masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Foto human interest adalah foto yang mampu menggugah emosi kemanusiaan kita yang melihatnya.
Foto human interest memiliki daya tarik yang berbeda dengan foto-foto jurnalistik lainnya.
Daya tariknya meliputi:
1.      Mampu bercerita mengenai keadaan manusia, dengan pesonanya.
2.      Mampu bercerita atau berkisah banyak dibanding berlembar-lembar halaman tulisan.
3.      Mampu menggugah emosi atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran (mampu mengembangkan imajinasi).

Bagaimana dan di mana mencari foto human interest?
Pertama-tama yang harus dipahami, foto human interest itu bisa diperoleh dengan terlebih dulu direncanakan (dicari/ditarget), tapi juga diperoleh secara tiba-tiba (insidential).
Foto human interest bisa  diperoleh atau didapatkan di mana pun. Bisa di sekitar lingkungan tempat tinggal kita. Bisa di belakang rumah. Bisa di tetangga sebelah. Bisa di dalam keramaian pasar, keramaian mall, di keriuhan jalan raya, di trotoar-trotoar jalanan, di tempat pameran, atau di mana pun.
Bila ingin mendapatkan foto yang baik, khususnya foto human interest, maka seorang wartawan foto tidak harus tinggal diam di kantor menunggu perintah. Tapi ia harus rajin ‘berkeliling’ atau ‘memburu’ foto di mana pun. Karena dengan ‘berkeliling’ atau ‘memburu’ itu seringkali diperoleh foto-foto human interest yang berhasil. 
Seorang wartawan foto merencanakan untuk mencari objek foto atau target foto di suatu desa yang jauh dari kota. Di dalam benak si wartawan sudah ada rencana-rencana target foto yang akan difotonya ketika berada di desa tersebut. Misalnya, suasana kehidupan masyarakat desa yang damai, rumah-rumah penduduknya, kesibukan para petani di ladang atau di sawah, kesibukan anak-anak desa bermain, pemandangan-pemandangan yang indah di desa, dan lain-lain.
Di perjalanan, tiba-tiba wartawan itu melihat suatu pemandangan yang menarik di sebuah sungai. Di sungai yang penuh bebatuan gunung itu terlihat beberapa ibu dan perempuan muda sedang mencuci, ada pula yang sedang memandikan anak-anak balitanya. Ada juga yang sedang mandi. Beberapa anak yang sudah usia sekolah terlihat pula sedang sibuk mandi dan bermain air.
Di mata si wartawan, pemandangan yang dilihatnya di sungai itu merupakan objek pemotretan yang menarik. Objek pemotretan yang tidak direncanakan. Objek pemotretan yang diperoleh secara tiba-tiba. Dan, objek pemotretan yang diperoleh tiba-tiba itu bisa menjadi foto-foto human interest yang menarik dan berhasil. +++
                                                                                             sutirman eka ardhana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar